Rabu, 27 Agustus 2014

Teknik Budidaya Tanaman Karet (1)

Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai lateks), diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan pohon karet.  Sumber utama lateks yang digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet (Hevea brasiliensis Moel.), diperoleh dengan cara melukai kulit pohon sehingga pohon akan memberikan respons dengan mengeluarkan getah/lateks.
Tanaman karet berasal dari hutan sepanjang sungai Amazone, Amerika Selatan dan mulai dikenal oleh bangsa Eropa pada tahun 1736 setelah Charles Martie de la Condomine mengirim contoh tanaman karet dari Peru ke Perancis. Mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1876 dan ditanam di kebun Raya Bogor, namun perkebunan karetnya sendiri baru dibuka pada tahun 1902 di Sumatera dan tahun 1906 di Jawa.
Jenis-jenis karet alam di antaranya: bahan olah karet (bokar), karet konvensional (sheet, crepe, dan compo), lateks pekat, karet spesifikasi teknis (crumb rubber) dan karet siap olah. Karet alam banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industri barang antara lain: ban kendaraan, sepatu karet, sabuk penggerak mesin, pipa karet, isolator, bahan pembungkus logam, dsb., dihasilkan oleh tidak kurang dari 20 negara di dunia; tiga di antaranya yaitu Malayasia, Indonesia, dan Thailand, merupakan penghasil karet terbesar yang menguasai lebih dari 83 % pasar karet dunia.
Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting di Indonesia karena banyak menunjang perekonomian negara.  Pasar ekspor karet alam Indonesia di antaranya Amerika Serikat, Singapura, Eropa Barat, Uni Soviet dan Jepang.   Luas areal perkebunan karet di Indonesia (tahun 2008) mencapai lebih dari 3,4 juta hektar dengan produksi 2,7 juta ton, yang sebagian besar (85%) merupakan tanaman karet rakyat.  Oleh sebab itu, peran karet tidak hanya sebagai penghasil devisa, juga memiliki arti sosial bagi petani yang mengusahakannya.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengusahaan karet di indonesia, khususnya karet rakyat adalah produktivitas serta kualitasnya yang masih rendah. Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 3 ‐ 4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun karet (rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan menggunakan klon karet unggul.
Aspek Botani
1.    Sistematika
Divisio                  : Spermatophyta
Subdivisio             : Angiospermae
Klas                             : Dicotyledoneae
                    Ordo                              : Tricoceae
                           Familia                            : Euphorbiaceae
                                 Genus                                   : Hevea
                                       Spesies                                   : Hevea brasilliensis Moel.Agr.
2.    Morfologi Tanaman
Tanaman karet memiliki perakaran yang ekstensif, akar tunggangnya mampu tumbuh menembus tanah sampai 2 m, sedangkan  akar lateralnya menyebar sepanjang lebih dari 10 m.
Tanaman karet berbentuk pohon dengan tinggi 15-25 m, tipe pertumbuhan tegak dan memperlihatkan pola pertumbuhan berirama (ritme), yakni terdapat masa tumbuh (flush) dan masa istirahat (latent) yang bergntian dalam periode sekali dalam dua bulan. Batangnya berkayu, dengan susunan dari luar ke dalam sebagai berikut:
(a)   kulit keras, terdiri dari lapisan gabus, kambium gabus, lapisan sel batu;
(b)  kulit lunak, di dalamnya terdapat floem dan pembuluh lateks;
(c)   kambium;
(d)  kayu/xylem.
Pembuluh lateks melingkar di dalam jaringan floem seperti spiral, membentuk sudut 3,7o - 5o terhadap garis vertikal dari kanan (atas) ke kiri (bawah).
Daun tanaman karet merupakan daun majemuk, dimana satu tangkai daun umumnya memiliki 3-5 anak daun. Tangkai daun panjangnya 3-20 cm, anak daun eliptis memanjang dengan ujung runcing, tepi rata dan gundul. Daun tumbuh pada buku-buku membentuk karangan daun yang disebut payung. Termasuk tnaman decidious, menggugurkan daunnya pada musim kering.
Bunga tersusun dalam rangkaian (malai) berbentuk seperti kerucut. Termasuk tanaman monoceous (bunga jantan dan betina letaknya terpisah dalam satu malai), bunga jantan terletak di bagian bawah/pangkal dari cabang-cabang malai sedangkan bunga betina terletak di ujung malai. Bunga betina memiliki 3 bakal buah yang beruang 3 dengan kepala putik yang duduk, bunga jantan memiliki 10 benang sari yang bersatu membentuk tiang, serbuk sari lengket, kecil dengan diameter 25-30 mikron.

Buah karet mempunyai garis tengah antara 3-5 cm, dengan bagian ruang yang berbentuk setengah bola;  biji besar, berbercak/bernoda (khas dan beracun). Masak buah yang normal sekitar 5 bulan, buah masak pecah dengan kuat menurut ruang. 
Persyaratan Tumbuh
Ketinggian tempat
Tanaman karet banyak ditanam pada ketinggian 0-500 m dpl, dengan ketinggian optimum 0-200 m; semakin tinggi tempat penanaman pertumbuhan lambat sehingga saat buka sadap menjadi tertunda. Berdasarkan hasil penelitian, hubungan antara ketinggian tempat dengan rata-rata umur buka sadap adalah sebagai berikut:
(a)        0-200 m dpl; < 6 tahun
(b)       200-400 m dpl; 7 tahun
(c)        400-600 m dpl; 7,5 tahun
(d)       600-800 m dpl; 8,6 tahun
(e)        800-1000 m dpl; 10,2 tahun.
Iklim
Tanaman karet tumbuh baik pada lintang 6o LU - 6o LS, namun masih bisa tumbuh baik pada lintang 10o LU - 10o LS.  Membutuhkan daerah panas dan lembab dengan suhu yang dikehendaki antara 24o - 28o C. Curah hujan tidak kurang dari 1500-2000 mm/th, yang terdistribusi merata sepanjang tahun; paling baik curah hujan 2500-3000 mm/th dengan 100-150 hari hujan.
Tanah

Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan kemiringan tanah kurang dari 10%. Kedalaman efektif lebih dari 100 cm, tekstur tanah terdiri lempung berpasir dan liat berpasir, pH tanah berkisar antara 4,3 – 5,0, dengan drainase tanah sedang.
Persiapan Lahan
1.    Pembukaan Lahan
Lahan yang digunakan
Lahan untuk budidaya tanaman karet bisa berupa lahan yang baru dibuka (perluasan/new planting), lahan bekas tanaman karet yag dibongkar (peremajaan/replantig), atau lahan bekas tanaman lain (konversi)
Kegiatan pada areal yang baru dibuka meliputi
Penebangan pohon, pembongkaran tunggul, pembabadan/penebasan semak dan pembersihan sisa-sisa tumbuhan tersebut (pembakaran). Pengolahan tanah dengan pembajakan atau pencangkulan untuk meratakan dan memperbaiki sifat fisik tanah. Pembuatan saluran drainase, pembuatan teras, dan  pembuatan jalan kebun.
Kegiatan pada pembukaan ulangan/peremajaan atau konversi meliputi
Pembongkaran tanaman tua dan pembersihan sisa-sisa tanaman tersebut; pengolahan tanah; perbaikan teras, saluran dan jalan kebun.
2.    Konservasi Lahan
Cara yang biasa digunakan untuk mencegah kerusakan lahan, meliputi: (a) penanaman menurut kontur; (b) pembuatan teras (bisa berbentuk teras individu atau teras kolektif); (c) penanaman tanaman penutup tanah.
3.    Pengajiran
Tujuanya adalah untuk memperoleh barisan tanaman yang teratur sesuai jarak tanam dan huungan tanaman. Barisan tanaman karet yang terbentuk ada dua macam:            (1) barisan lurus, untuk lahan yang datar dan agak miring; (2) barisan kontur, pada lahan yang bergelombang atau berbukit. Hubungan antar tanaman pada lahan datar atau agak miring dapat berbentuk segitiga sama sisi, bujur sangkar atau hubungan jalan.
4. Penanaman penutup tanah
Manfaat tanaman penutup tanah: (1) melindungi permukaan tanah terhadap erosi; (2) menekan pertumbuha gulma; (3) mengurangi penguapan dan membantu menyimpan air tanah; (4) meningkatkan kesuburan tanah; (5) memperbaiki pertumbuhan tanaman pokok; (6) memperlama masa peremajaan; (7) meningkatkan hasil dan pertumbuhan kulit yang lebih baik.
Tanaman penutup tanah yang banyak digunakan yaitu dari keluarga Leguminosa (disebut LCC=Legum Cover Crops), antara lain Calopogonium mucunoides, C. caeruleum, Centrosema pubescens, C. plumieri, Mucuna colchichinensis, dsb.
Penanaman dilakukan secara campuran dengan komposisi untuk 1 ha lahan sbb:
-    campuran C. mucunoides (2,8 kg) + C. phaseloides (2,3 kg) + C caeruleum (0,6 kg);
-    campuran C. phaseloides (3,4 kg) + C. caeruleum (0,6 kg) + M. colchichinensis (1,7 kg);
-    campuran C. pubescens (3,9 kg) + C. phasoloides (1,2 kg) + C caeruleum (0,6 kg).

Cara menanam LCC: (1) jarak barisan pertama dengan tanamn karet 1,0 m, barisan berikutnya berjarak 1,0 m pada lahan datar atau landai, dan 1,8-2,4 m pada lahan bergelombang atau berbukit; (2) benih ditanam pada lubang sedalam 5-10 cm dalam barisan sesuai dengan jarak tanam LCC tsb; (3) sebelum ditanam benih LCC terleih dahulu direndam dalam air panas (70 oC) selama 2 jam, kemudian dicampue dengan pupuk fosfat (misal CIRP) dengan perbandingan yang sama; (4) LCC perlu dipelihara dan dijaga jangan sampai mengganggu pertumbuhan tanaman pokok.
Persiapan Bahan Tanaman
Tanaman karet dapat diperbanyak dengan biji atau dengan cara okulasi menggunakan batang bawah asal biji. Bahan tanaman, baik untuk batang bawah maupun batang atas, berupa klon-klon yang dianjurkan yang mempunyai produksi dan sifat-sifat sekunder yang baik.
Sifat-sifat ideal untuk klon unggul: (a) produksi lateksnya tinggi sejak awal dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan produksi; (b) resisten terhadap hama dan penyakit serta pengaruh angin; (c) batang tumbuh lurus, membentuk as yang silindris, serta tumbuh jagur; (d) cabang relatif kecil dan menyebar, membentuk sudut yang besar dengan batang.
Batang bawah
Persyaratan untuk batang bawah: (a) perakaran kuat dan berkembang baik serta tahan terhadap penyakit akar; (b) mempunyai daya gabung yang baik dengan batang atas; (c) memberi pengaruh yang beik terhadap pertumbuhan batang atas, Klon yang dianjurkan untuk batang bawah adalah  AVROS 2037, BPM 24, GT 1, PB 260 dan RRIC 100
Biji diambil dari kebun induk khusus atau dari kebun produktif yang menghasilkan biji yang diketahui kedua induknya (legitiem) atau minimal salah satu induknya (propelegitiem). Biji yang baik berasal dari tanaman yang telah berumur minimal 8 tahun, dengan ciri-ciri: (a) bila dijatuhkan melenting ke atas; (b) kulit jernih mengkilat; (c) nilai kesegaran biji minimal 80 %; (d) daya kecambah (dalam waktu 21 hari) minimal 80 %; (e) kadar air 32-45 %; (f) kemurnian minimal 90 %.
Batang atas
Persyaratan untuk batang atas: (a) pertumbuhan jagur dan berpotensi produksi tinggi; (b) memiliki tajuk yang baik dan tahan angin kencang; (c) toleran terhadap penyakit; (d) respon terhadap stimulasi; (e) memiliki sifat sekunder (pemulihan kulit sadap, daya adaptasi, dll) yang baik.
Klon-klon unggul karet yang direkomendasikan Pusat Penelitian Karet untuk periode 2006-2010 terdiri dari dua kelompok.
(1)                        Klon anjuran komersial adalah sekelompok klon dengan data yang lebih lengkap dan sudah dapat dikembangkan oleh pengguna. Klon-klon ini sudah berupa benih bina, kecuali klon IRR 42 dan IRR 112 masih dalam proses pengajuan untuk pelepasannya sebagai benih bina. Klon-klon anjuran komersial terdiri dari tiga katagori.
-       klon penghasil lateks: BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217 dan    PB 260.
-       klon penghasil lateks-kayu: BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, I RR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112 dan IRR 118,
-       klon penghasil kayu: IRR 70, IRR 71, IRR 72 dan IRR 78.
(2)                        Klon harapan, merupakan kelompok klon yang mempunyai potensi pertumbuhan dan produksi tinggi tetapi belum berupa benih bina.  Klon harapan terdiri dari: IRR 24, IRR 33, IRR 41, IRR 54, IRR 64, IRR 105, IRR 107, IRR 111, IRR 119, IRR 141, IRR 208, IRR 211 dan IRR 220.
Pesemaian pengecambahan
Pesemaian pengecambahan merupakan tempat untuk mengecambahkan benih karet sebelum dipindahkan ke pembibitan. Maksud pengecambahan adalah: (1) untuk memperoleh bibit yang pertumbuhannya seragam; (2) untuk memisahkan/menyeleksi bibit yang pertumbuhannya cepat dan baik dari bibit yang lambat dan kurang baik.
1)       Persiapan bedengan
Lokasi datar, dekat dengan sumber air dan dekat dengan lokasi pembbitan, Tanah dibersihkan, dicangkul dan diratakan, kemudian dibuat bedengan dengan ukuran lebar 1-1,2 m dan panjang sesuai tempat (biasanya 5-10 m), dengan jarak antar bedengan 0,5-1 m. Bagian samping bedengan diberi penahan dari bambu/batu bata kemudian diberi pasir diatasnya setebal 5 cm. Bedengan diberi naungan (bisa individu atau kolektif) dengan tinggi sebelah timur 1,5 m dan barat 2m, dengan atap terbuat dari anyaman bambu atau alang-alang.
2)       Menyemai benih
Sebelum disemai benih direndam terlebih dahulu dalam larutan KNO3 0,2% selama 24 jam atau air bersih selama 48 jam. Benih disemai dengan cara dibenamkan sedalam 2/3 bagian ke dalam tanah dengan bagian perut menghadap ke bawah. Jarak antara barisan 5 cm dan dalam barisan 3 cm. Persemaian disiram tiap pagi dan sore hari dengan menggunakan embrat. Benih biasanya akan berkecambah setelah 10-14 hari.
3)       Pemindahan kecambah
Benih yang telah berkecambah secra bertahap dipindahkan ke pesemaian bibit. Pemindahan kecambah bisa dilakukan pada stadium pancing, stadium bintang, maupun stadium jarum.  Pemindahan paling baik pada stadium pancing. Pemindahan dilakukan dengan hati-hati menggunakan alat mencungkil (solet).
Pembibitan
Pembibitan/pesemaian bibit adalah tempat pemeliharaan bibit sebelum dipindah ke lapangan dengan tujuan memperoleh bbit yang jagur dan homogen.
1)       Persiapan lokasi pembibitan
Lokasi dipilih lahan yang datar, dekat dengan sumber air, tidak bercadas, dan dekat dengan lokasi penanaman. Lahan dicangkul sedalam 60-75 cm, dan dibersihkan dari sisa-sisa akar dan kotoran lainnya. Tanah dihaluskan dan diratakan, kemudian dibuat petak-petak/bedengan setinggi 20 cm. Jarak tanam bibit disesuaikan dengan kesuburan tanah serta lamanya bibit di pesemaian.
-    bibit umur 1 tahun: jarak tanamnya 35 x 35 x 50 cm (47.320 bibit/ha)
-    bibit umur 2 tahun: jarak tanamnya 45 x 45 x 50 cm (34.080 bibit/ha)
-    bibit stum tinggi: jarak tanamnya 70 x70 cm (17.664 bibit/ha).
2)       Penanaman kecambah
Kecambah dipindahkan pada stadium pancing agar akar tunggang dan pucuknya tidak rusak. Penanaman dilakukan pad lubang tanam dengan kedalaman sesuai dengan panjang akar dan tebalnya benih.
3)       Pemeliharaan
Pemeliharaan pembibitan meliputi kegiatan penyiraman, penyulaman, pemberian mulsa, pengendalian gulma dan pemupukan. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari. Penyulaman perlu dilakukan pada bulan-bulan pertama untuk mengganti bibit yang mati atau pertumbuhannya kurang baik. Sampai umur 3 bulan (terutama pada musim kemarau) pembibitan perlu diberi mulsa. Pengendalian gulma dilakukan 2 minggu sekali secara manusl menggunakan cangkul/kored, penggunaan herbisida hanya dilakukan setelah bibit berumur 4-5 bulan.
Pemupukan
-    aplikasi dilakukan dengan cara melingkar di bawah tajuk tanaman;
-    pemupukan dihentikan satu bulan menjelang okulasi.
Waktu
Dosis pupuk (g/ph/aplikasi
Urea
TSP
MOP
a. Bibit stum pendek (hst)
90
120
150
180
210

16
16
16
16
23

11
8,8
11
11
14,5

12
-
12
-
18
b. Bibit stum tinggi
     Tahun I  semester I
                      semester II
     Tahun II semester I
                       semester II

30
45
90
-

35
50
100
-

30
45
90
-
Okulasi
Okulasi/penempelan bertujuan untuk menyatukan sifat-sifat baik yang dimiliki oleh batang bawah (stock) dengan batang atas (scion) yang ditempelkan kepadanya.
Macam-macam okulasi
1) Okulasi coklat (brown budding)
Batang bawah yang digunakan berumur 9-18 bulan, diameter berkisar ± 1-2 cm dan tidak berada pada stadium membentuk payung. Mata entres diambil dari kebun entres, dari batang yang telah berwarna coklat, dengan diameter 1,5-3 cm.
(2) Okulasi hijau
Batang bawah yang digunakan berumur 3-8 bulan, masih berwarna hijau dengan diameter 1-1,5 cm. Kayu okulasi (entres) menggunakan cabang yang diambil dari kebun entres yang berumur 1-3 bulan setelah pemangkasan, warnanya masih hijau dan telah membentuk 1-2 payung.
Pelaksanaan okulasi
Pada batang bawah, pada ketinggian 7-10 cm dari permukaan tanah dibuat jendela dengan menyayat kulit sampai batas kayu. Sayatan dilakukan dengan membuat dua sayatan vertikal berukuran 5-7 cm, dan satu sayatan horizontal pada ujung sayatan bagian atas atau bawah. Perisai (mata entres) diambil dari kayu entres dengan ukuran sedikit lebih kecil dari; pada okulasi coklat bagian kayunya dilepas, sedangkan pada okulasi hijau tidak perlu dilepas. Perisai kemudian diselipkan pada jendela yang telah dibuat, diantara kulit jendela dengan kambium. Balut dengan pembalut yang tersedia (plastik atau rapia) dengan arah dari bawah ke atas.
Pemeriksaan hasil okulasi
Dua sampai tiga minggu setelah penempelan, pembalut dibuka dan perisai diperiksa dengan cara menggores sedikit dengan pisau; bila masih berwarna hijau segar menunjukkan perisai masih hidup. Pemeriksaan diulang 1-2 minggu kemudian, bila tetap dalam keadaan segar menunjukkan okulasi berhasil.
Pemotongan batang bawah
Pemotongan batang bawah bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan ke atas sehingga zat makanan dapat digunakan untuk pertumbuhan okulasi. Waktu pemotongan tergantung pada macam bibit yang akan ditanam. Batas pemotongan sekitar 10 cm di atas tempelan dengan arah miring (bagian yang tinggi berada di atas tempelan.
5. Macam-macam bibit hasil okulasi
Bibit hasil okulasi yang dipindahkan ke lapangan/kebun dapat berbentuk stum mata tidur, stum mini, stum tinggi dan bibit dalam polibeg.
1)   Stum mata tidur (budded stump)
Stum mata tidur adalah bibit hasil okulasi dalam bentuk stum dengan mata tunas yang belum tumbuh pada saat pemindahan ke lapangan. Stum mata tidur berasal dari hasil okulasi coklat, dan dipindahkan dua minggu setelah pemotongan. Panjang stum ± 50 cm dengan panjang akar tunggang 40 cm dan akar lateral 5-10 cm.
2)   Stum mini (mini stump)
Stum mini adalah bibit okulasi yang ditumbuhkan di pembibitan selama 8-12 bulan setelah pemotongan sehingga bagian batangnya sudah berwarna coklat. Tunas yang tumbuh dip[otong setinggi 50 cm dari pertautan, dengan panjang akar tunggang 40 cm dan akar lateral 10 cm.
3)   Stum tinggi (advanced budded material)
Stum tinggi adalah bibit hasil okulasi yang diperoleh dengan cara menumbuhkan tanaman di pembibitan selama 2-3 tahun setelah pemotongan. Tunas yang tumbuh dipotong sepanjang 275-300 cm dari leher akar dengan panjang akar tunggang 45-60 cm dan akar lateral 15 cm. Pemotongan akar tunggang dilakukan 3-4 minggu sebelum pembonghkaran dan pemotongan batang atas dilakukan 2 minggu kemudian tepat di atas payung.
4)   Bibit okulasi dal;am kantong plastik
Merupakan bibit okulasi yang telah ditumbuhkan dalam kantung plastik/polibeg hingga diperoleh bahan tanaman yang mempunyai 2-3 payung (umur 1 tahun). Dibuat dengan cara memindahkan stum mata tidur dalam kantong plastik merukuran 25x55 cm.
Kelebihan dan kekurangan masing-masing bibit

Macam bibit
Kelebihan
Kekurangan
Stum mata tidur
mudah dalam pengangkutan dan penanaman
biaya pemeliharaan pembibitan murah
persentase kematian di lapangan tinggi
ada resiko kerusakan tunas
biaya TBM tinggi
Stum mini
kematian di lapangan rendah
kemungkinan tumbuh tunas palsu kecil
biaya pembibitan rendah
sampai umur 3 tahun tanaman masih bengkok
Stum tinggi
persentase kematian rendah
baik utuk penyulaman agar matang sadap seragam
mudah dilaksanakan
seleksi di pembibitan lebih teliti
areal pembibitan harus luas
sulit dalam pengangkutan
waktu penanaman memerlukan curah hujan yang tinggi
Bibit dalam polibeg
tidak terjadi stagnasi di lapangan
tanaman seragam
perawatan di pembibitan mudah
penanaman dapat dilakukan kapan saja
biaya bibit lebih tinggi
sulit dalam pengangkutan