Jumat, 17 Oktober 2014

Hama dan Penyakit Tanaman Karet

Sebagaimana halnya tanaman perkebunan lainnya, tanaman karet tak luput dari gangguan hama dan penyakit. Gangguan hama dan penyakit ini harus ditangani dengan baik agar tanaman tumbuh subur dan produktivitasnya optimal.

A. Hama
Beberapa jenis hewan menjadi hama tanaman karet dari fase pembibitan, penanaman, hingga fase berproduksi.

1. Tikus.
Tikus (Rattus sp.) menjadi hama tanaman karet pada fase perkecambahan dan pesemaian. Pada waktu perkecambahan tikus memakan biji-biji yang sedang dikecambahkan dan saat penyemaian memakan daun-daun bibit yang masih muda.
Langkah pencegahan bisa dilakukan dengan melindungi tempat perkecambahan agar tikus tidak dapat masuk ke dalamnya. Dalam hal ini tempat perkecambahan yang berupa kotak bisa ditutup dengan kawat kasa dan tempat perkecam-bahan di atas tanah dipasang pagar plastik.

2. Belalang.
Belalang menjadi hama bagi tanaman karet pada fase penyemaian dengan cara memakan daun daun yang masih muda. Serangga ini tergolong sangat rakus. Jika daun muda habis, mereka tak segan-segan memakan daun-daun tua, bahkan tangkainya.
Mengendalikan serangan belalang bisa secara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida Thiodan dengan dosis 1,5 ml/liter air. Penyemprotan dilakukan 1 - 2 minggu sekali tergantung pada intensitas serangannya.

3. Siput.
Siput (Achatina fulicd) menjadi hama karena memakan daun-daun karet di areal pembibitan dengan gejala daun patah-patah. Di daun-daun yang patah ini terdapat alur jalan berwarna keperakan mengkilap yang merupakan jejak siput.
Pengendalian secara mekanis bisa dilakukan dengan cara mengumpulkan siput-siput yang bersembunyi di tempat teduh dan membakar atau menguburnya. Sementara itu, secara kimiawi dengan membuat umpan dari campuran dedak, kapur, semen, dan Meradex dengan perbandingan 16:5:3:2. Campuran ini dilembabkan dulu dengan cara diberi air sedikit kemudian diletakkan di areal pembibitan. Siput yang memakan umpan ini akan mati.

4. Uret Tanah.
Uret tanah merupakan fase larva dari beberapa jenis kumbang, seperti Helotrichia serrata, Helotrichia rufajlava, Helotrichiafessa, Anomala varians, Leucopholis sp., Exopholis sp., dan Lepidiota sp. Bentuk uret tanah ini seperti huruf “C” dengan warna putih hingga kuning pucat. Uret tanah menjadi hama yang sangat merugikan karena memakan bagian tanaman karet yang berada di dalam tanah, terutama tanaman karet yang masih berada di pembibitan.
Mencegah serangan hama ini bisa dilakukan dengan menaburkan Furadan 3 G sesuai dengan dosis yang danjurkan pada saat menyiapkan areal pembibitan. Sementara itu, pengendaliannya bisa secara mekanis atau kimiawi. Secara mekanis dengan mengumpulkan uret-uret tersebut dan membakarnya. Secara kimiawi dengan menaburkan Furadan 3 G, Diazinon 10 G, atau Basudin 10 G di sekitar pohon karet. Dosis yang dipakai sekitar 10 gram/pohon.

5. Rayap.
Rayap yang menjadi hama bagi tanaman karet, terutama spesies Microtermes inspiratus dan Captotermes curvignathus. Rayap-rayap tersebut menggerogoti bibit yang baru saja ditanam di lahan, dari ujung stum sampai perakaran, sehingga menimbulkan kerusakan yang sangat berat.
Pengendaliannya bisa dengan kultur teknis, mekanis, dan kimiawi. Secara kultur teknis ujung stum sampai sedikit di atas mata dibungkus plastik agar rayap tidak memakannya. Secara mekanis dilakukan dengan menancapkan umpan berupa 2 - 3 batang singkong dengan jarak 20 - 30 cm dari bibit, sehingga rayap lebih suka memakan umpan tersebut daripada bibit karet yang lebih keras.
Pengendalian secara kimiawi bisa dilakukan dengan menyemprotkan insektisida pembasmi rayap, seperti Furadan 3 G dengan dosis 10 gram ditaburkan di sekitar batang karet. Bisa juga menggunakan Agrolene 26 WP atau Lindamul 250 EC dengan dosis dan frekuensi pemakaian bisa dibaca di kemasannya.

6. Kutu.
Kutu tanaman yang menjadi hama bagi tanaman karet adalah Saissetia nigra, Laccifer greeni, Laccifer lacca, Ferrisiana virgata, dan Planococcus citri yang masing-masing memiliki ciri berbeda. Saissetia berbentuk perisai dengan warna cokelat muda sampai kehitaman. Laccifer berwarna putih lilin dengan kulit keras dan hidup berkelompok. Ferrisiana berwarna kuning muda sampai kuning tua dengan badan tertutup lilin tebal. Sementara itu, Planococcus berwarna cokelat gelap dan badannya tertutup semacam lilin halus mengilap. Kutu tersebut menjadi hama bagi tanaman karet dengan cara menusuk pucuk batang dan daun muda untuk mengisap cairan yang ada di dalamnya. Bagian tanaman yang diserang berwarna kuning dan akhirnya mengering, sehingga pertum-buhan tanaman terhambat.

Hama lain yang sering merusak tanaman karet, khususnya yang berada di pinggir hutan antara lain: Babi hutan, Rusa, Kijang, Tapir, Monyet, Tupai dan Gajah.

B. Penyakit
Kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh serangan penyakit pada tanaman karet umumnya lebih besar dibandingkan dengan serangan hama. Selain karena kerusakan akibat serangan penyakit, kerugian lain adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menanggulanginya. Karenanya, upaya pencegahan harus mendapat perhatian penuh, serta pengamatan dini secara terus-menerus sangat penting.
Penyakit pada tanaman karet dengan kerugian besar umumnya disebabkan oleh cendawan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus kerugiannya tidak begitu besar. Penyakit tanaman karet menyerang dari wilayah akar, batang, bidang sadap, hingga daun.

1. Penyakit Akar Putih.
Disebut dengan penyakit akar putih karena di akar tanaman yang terserang terlihat miselia jamur berbentuk benang berwarna putih yang menempel kuat dan sulit dilepaskan. Akar tanaman yang terinfeksi akan menjadi lunak, membusuk, dan berwarna cokelat. Cendawan penyebab penyakit akar putih adalah Rigidoporus lignosus yang membentuk badan buah seperti topi di akar, pangkal batang, dan tunggul tanaman. Badan buah cendawan ini berwarna jingga kekuningan dengan lubang-lubang kecil di bagian bawah tempat spora. Jika sudah tua, badan buah tersebut akan mengering dan berwarna cokelat.
Gejala-gejala lain serangan penyakit akar putih tampak dari memucatnya daun-daun dengan tepi ujungnya terlipat ke dalam. Daun-daun tersebut selanjutnya gugur dan ujung rantingnya mati. Sebagai upaya mempertahankan diri, tanaman yang sakit akan menumbuhkan daun, bunga, dan buah sebelum waktunya. Memastikan secara dini tanaman karet terserang penyakit akar putih atau tidak, bisa dilakukan pemeriksaan tajuk dan akar dengan bantuan mulsa.
Akar putih termasuk penyakit berbahaya jika dilihat dari akibat yang ditimbulkannya. Prevalensi serangan penyakit tertinggi terjadi pada tanaman muda berumur 2 - 4 tahun, meskipun bisa juga menyerang tanaman berumur enam tahun. Serangan pada umur tiga tahun bisa mengakibatkan kematian dalam waktu enam bulan sejak terinfeksi dan pada umur enam tahun menyebabkan kematian setelah setahun terserang. Infeksi penyakit akar putih terjadi karena persinggungan akar sehat dengan sisa-sisa akar tanaman lama yang mengandung spora cendawan ini.
Penyebarannya bisa dengan bantuan angin yangmenerbangkan spora ini. Spora yang jatuh di tunggul atau sisa tanaman yang mati akan membentuk koloni. Dari tunggul ini jamur menjalar ke akar dan akhirnya menginfensi akar-akar sehat di sekitarnya.

2. Penyakit Akar Merah.
Jika penyakit akar putih cenderung menyerang tanaman muda (berumur 2 – 4 tahun), penyakit akar merah justru lebih banyak menyerang tanaman dewasa atau bahkan yang mulai menua. Meskipun berbahaya, kematian tanaman baru terjadi lima tahun setelah terinfeksi. Gejala yang bisa dilihat dari serangan penyakit ini adalah terjadinya perubahan warna daun dari hijau menjadi hijau pucat suram, menguning, dan akhirnya berguguran.
Disebut dengan penyakit akar merah karena jika tanah di daerah perakaran tanaman yang sakit dibongkar akan terlihat miselia jamur berwarna merah muda sampai merah tua di akar-akarnya. Miselia tersebut menempel sangat erat dan mengikat butiran tanah, sehingga menjadi seperti berkerak. Jika sudah kering, miselia tersebut akan berwarna putih, tetapi kalau dibasahi dengan air akan kembali berwarna merah. Infeksi terjadi jika akar tanaman sehat bersentuhan dengan akar tanaman sakit atau akar yang mengandung spora cendawan penyebab penyakit akar merah. Infeksi juga terjadi jika spora jatuh di leher akar karena tiupan angin.
Pencegahan dan pengendalian penyakit ini sama dengan pencegahan dan pengendalian penyakit akar putih.

Penyakit yang menyerang batang

1. Jamur Upas.
Penyakit jamur upas disebabkan oleh cendawan Corticium salmonicolor yang memiliki empat tingkat perkembangan. Tahap pertama atau sering disebut dengan tahap sarang laba-laba adalah terbentuknya lapisan tipis berwarna putih di permukaan kulit. Tahap selanjutnya akan berkembang membentuk sekumpulan benang jamur, biasa disebut dengan tahap bongkol. Pada tahap ketiga atau tahap kortisium, terbentuk lapisan kerak berwarna merah muda. Tahap terakhir atau tahap nekator adalah terbentuknya lapisan tebal berwarna merah tua.
Penyakit jamur upas menyerang percabangan atau batang tanaman, sehingga cabang dan tajuk mudah patah. Gejala penyakit ini adalah munculnya benang-benang berwarna putih seperti sutera di pangkal atau bagian atas percabangan. Dalam perkembangannya, benang-benang tersebut membentuk lapisan kerak berwarna merah dan akhirnya menjadi lapisan tebal berwarna merah tua. Batang yang terinfeksi akan mengeluarkan cairan lateks berwarna cokelat kehitaman yang meleleh di permukaan batang tanaman. Lama-kelamaan kulit tanaman yang terinfeksi akan membusuk, berwarna hitam, mengering, dan mengelupas. Bagian kayu di bawah kulit akan rusak dan menghitam. Pada serangan yang lebih parah, tajuk percabangan akan mati dan mudah patah oleh tiupan angin.

2. Kanker Bercak.
Penyakit kanker bercak muncul akibat infeksi jamur Phytophthora palmivora yang memiliki benang-benang hifa berwarna putih yang kurang jelas dilihat dengan mata telanjang. Jamur ini berkembang biak dengan spora yang bisa bertahan hidup lama di dalam tanah.
Gejala serangan penyakit ini tidak mudah dikenali karena serangannya dimulai dari bawah kulit. Kulit yang sakit baru terlihat jika dilakukan pengerokan kulit batang atau kulit cabang, yaitu adanya warna cokelat kemerahan dengan bercak-bercak besar meluas ke samping, kambium, dan bagian kayu. Bagian yang sakit biasanya mengeluarkan cairan lateks berwarna cokelat kemerahan dengan bau busuk. Kadang-kadang terjadi pengumpulan lateks di bawah kulit, sehingga membuat kulit batang pecah dan membuka. Di bagian terbuka tersebut sering dimasuki serangga penggerek batang. Penyakit ini menimbulkan kerusakan pada kulit batang di luar bidang sadap atau kulit percabangan, sehingga tanaman akan merana dan akhirnya mati. Penyakit ini lebih banyak menyerang tanaman karet di kebun-kebun berkelembaban tinggi atau terletak di daerah beriklim basah.
Angin dan hujan bisa menjadi sarana penyebaran penyakit ini. Angin menerbangkan spora dan percikan air hujan di tanah dekat tanaman bisa memindahkan spora dari tanah ke batang tanaman sehat. Agar pengendalian penyakit dapat dilakukan sedini mungkin, selama musim hujan seminggu sekali harus dilakukan pemeriksaan tanaman.

3. Busuk Pangkal Batang.
Cendawan Botrydipbdia theobromae adalah biang keladi penyakit busuk pangkal batang. Jamur ini memiliki badan buah penghasil spora dalam jumlah banyak yang terdapat di kulit batang yang terinfeksi. Spora akan menyebar karena angin atau hujan untuk menginfeksi tanaman sehat.
Penyakit busuk pangkal batang lebih sering menyerang tanaman karet muda yang siap disadap, yaitu tanaman berumur empat tahun dengan prevalensi mencapai 66%. Pada tanaman berumur tiga tahun, prevalensi serangan mencapai 30% dan pada tanaman berumur lebih dari lima tahun kemungkinannya 0%. Munculnya penyakit busuk pangkal batang dipicu oleh kondisi tanaman yang jelek akibat kekurangan air karena kemarau yang berkepanjangan atau tanaman terluka oleh alat-alat pertanian. Spora cendawan akan berkembang pada kelembaban tinggi dan suhu udara rendah.
Gejala serangan penyakit busuk pangkal batang agak sulit dikenali, sehingga diperlukan ketelitian atau kecermatan. Di pangkal batang kulit terlihat kering dan pecah-pecah, padahal kayu di bagian atasnya masih utuh dan baik. Lama-kelamaan kulit pecah-pecah tersebut menghitam, bagian kayu rusak, dan menjalar ke atas. Bagian yang rusak dan terlihat seperti terbakar tersebut tingginya mencapai satu meter atau lebih bisa menyebabkan tanaman mudah patah karena tidak kuat menyangga tajuk.

Penyakit yang menyerang bidang sadap

1. Kanker Garis.
Cendawan penyebab penyakit kanker garis sama dengan biang keladi kanker bercak, yakni Phytophthora palmivora. Infeksi cendawan ini mengakibatkan kerusakan berupa benjolan-benjolan atau cekungan-cekungan di bekas bidang sadap lama, sehingga penyadapan berikutnya sulit dilakukan. Penyakit ini umumnya berjangkit di kebun-kebun berkelembaban tinggi, terletak di wilayah beriklim basah, serta di kebunkebun yang penyadapannya terlalu dekat dengan tanah.
Gejala serangan penyakit kanker garis dapat dilihat dari adanya selaput tipis putih dan tidak begitu jelas menutup alur sadap. Jika dikerok atau diiris, di bawah kulit yang terletak di atas irisan sadap terlihat garis-garis tegak berwarna cokelat kehitaman. Dalam perkembangannya, garis-garis ini akan menyatu membentuk jalur hitam yang tampak seperti retakan membujur di kulit pulihan. Pada beberapa kasus, di bawah kulit yang baru pulih akan terbentuk gumpalan lateks yang bisa menyebabkan pecahnya kulit. Dari pecahan kulit ini akan keluar tetesantetesan lateks berwarna cokelat yang berbau busuk. Karena rusak, pemulihan kulit akan terhambat. Agar pengendalian penyakit bisa dilakukan sedini mungkin, perlu dilakukan pemeriksaan yang cermat pada seluruh tanaman setiap hari sadap selama musim hujan.
Usaha-usaha yang bisa dilakukan untuk pencegahan penyakit ini sebagai berikut.
- Penyadapan jangan terlalu dalam dan tidak terlalu dekat dengan tanah.
- Sebelum digunakan pisau sadap diolesi fungisida Difolatan 4 F 1 % atau Difolatan 80 WPl %.
Pengendaliannya bisa dilakukan dengan mengoleskan fungisida Difolatan 4 F 2%, Difolatan 80 WP 2%, Demosan 0,5%, atau Actidione 0,5 % di jalur selebar 5—10 cm di atas dan di bawah alur sadap menggunakan kuas segera setelah dilakukan penyadapan atau paling baik setelah pemungutan lateks yang belum membeku. Setelah sembuh, bidang sadap ditutup dengan Secony CP 2295 A.

2. Mouldy rot.
Penyebab penyakit mouldy rot adalah cendawan Ceratocystis jimbriata dengan benang-benang hifa yang membentuk lapisan berwarna kelabu di bagian yang terserang. Spora banyak dihasilkan di bagian tanaman yang sakit dan bisa bertahan lama dalam kondisi kering. Akibat yang ditimbulkan penyakit ini sarat dengan kanker garis, yaitu menimbulkan luka-luka di bidang sadap, sehingga pemulihan kulit menjadi terganggu. Luka-luka tersebut meninggalkan bekas bergelombang di bidang sadap, sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya. Bahkan, dalam beberapa kasus bidang sadap menjadi rusak, sehingga tidak bisa dilakukan penyadapan lagi.
Penyakit ini mudah berjangkit pada musim hujan, terutama di daerah-daerah berkelembaban tinggi dan beriklim basah. Penyadapan yang terlalu dekat dengan tanah juga bisa memicu serangan penyakit ini. Penularan penyakit ini melalui spora yang diterbangkan angin, sehingga jangkauan penyebarannya menjadi luas. Penularan bisa juga melalui pisau sadap yang baru saja digunakan menyadap tanaman yang sakit.
Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan munculnya selaput tipis berwarna putih di bidang sadap di dekat alur sadap. Dalam perkembangannya, selaput tersebut membentuk lapisan seperti beledu berwarna kelabu sejajar alur sadap. Jika lapisan ini dikerok akan terlihat bintik-bintik berwarna cokelat atau hitam. Lebih lanjut, serangan ini akan meluas ke kambium dan bagian kayu. Serangan dikategorikan sudah parah jika bagian yang sakit terlihat membusuk berwarna hitam kecokelatan. Bekas serangan tersebut akan membentuk cekungan berwarna hitam seperti melilit sejajar alur sadap.
Pencegahannya bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut.
- Jarak tanam jangan terlalu rapat dan tanaman penutup tanah rutin dipangkas agar kebun tidak      
   lembab.
- Kegiatan penyadapan jangan terlalu sering dan jika perlu saat serangan menghebat kegiatan 
  penyadapan dihentikan.
- Sebelum penyadapan, pisau yang akan digunakan dicelupkan ke larutan Difolatan 4 F 1% atau 
  Difolatan 80 WP 1%.

3. Brown Blast.
Penyakit brown blast bukan disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, melainkan karena penyadapan yang terlalu sering, apalagi jika disertai penggunaan bahan perangsang lateks. Penyakit ini juga sering menyerang tanaman yang terlalu subur, berasal dari biji, dan tanaman yang sedang membentuk daun baru.
Gejala penyakit ini dapat dilihat dengan tidak mengalirnya lateks dari sebagian alur sadap. Beberapa minggu kemudian seluruh alur sadap menjadi kering dan tidak mengeluarkan lateks. Bagian yang kering berubah warna menjadi cokelat karena terbentuk gum (blendok). Kulit menjadi pecah-pecah dan di batang terjadi pembengkakan atau tonjolan.
Penyakit ini berbahaya karena bisa menurunkan produktivitas lateks dalam jumlah yang cukup signifikan karena alur sadap mengering, sehingga tidak bisa mengalirkan lateks. Meskipun tidak mematikan dan tidak menular ke tanaman lain, penyakit ini bisa meluas ke kulit yang seumur di tanaman yang sama. Agar penyakit ini terdeteksi sejak dini, perlu dilakukan pemeriksaan tanaman setiap hari, terutama di kebun-kebun yang disadap dengan intensitas terlalu tinggi.
Beberapa upaya pengendalian yang bisa dilakukan sebagai berikut.
-  Jangan melakukan penyadapan terlalu sering dan dianjur-kan mengurangi penggunaan bahan 
   perangsang lateks, terutama pada klon-klon yang peka terhadap brown blast, seperti PR 255, 
   PR 261, dan BPM 1.
-  Tanaman yang kulitnya tidak bisa disadap lagi sebaiknya tidak disadap .

Penyakit yang menyerang daun

1. Colletotrichum
Penyakit colletotrichum disebabkan oleh cendawan Colletotrichum gloeosporoides dengan gejalagejala berupa daun muda tampak lemas berwarna hitam, keriput, bagian ujung mati, menggulung, dan akhirnya berguguran. Sementara itu, serangan pada daun tua menunjukkan gejala-gejala adanya bercak cokelat atau hitam, berlubang, mengeriput, dan sebagian ujungnya mati sehingga pertumbuhan tanaman terhambat.
Serangan penyakit ini umumnya terjadi di perkebunan yang tanamannya baru saja membentuk daun-daun muda, biasanya pada musim hujan. Kebun-kebun yang terletak di tempat tinggi dengan curah hujan tinggi juga mudah terserang penyakit ini. Penyebaran penyakit ini terjadi melalui spora yang diterbangkan oleh angin atau hujan. Penyebaran spora ini umumnya terjadi pada malam hari, terutama saat hujan turun.
Beberapa usaha pencegahan yang bisa dilakukan sebagai berikut.
- Mempercepat pembentukan daun-daun muda dengan pemupukan intensif, dimulai dari munculnya   
   kuncup sampai daun menjadi hijau.
- Pemeriksaan tanaman harus dilakukan sedini mungkin agar jika terjadi serangan segera bisa 
   dikendalikan lebih cepat.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan menyemprotkan fungisida Dithane M 45 0,25%, Manzate M 200 0,2%, Cobox 0,5%, dan Capravit 0,5% seminggu sekali selama lima kali. Penggunaan Cobox dan Capravit jangan dilakukan saat penyadapan karena bisa menurunkan mutu lateks.

2. Phytophthora.
Phytophthora tergolong penyakit daun, tetapi gejalanya justru terlihat pada buah yang berwarna hitam dan kemudian membusuk. Dari bagian ini penyakit akan menular ke daun dan tangkainya, sehingga beberapa minggu kemudian daun dan tangkai tersebut gugur. Daun yang berguguran tetap berwarna hijau, tetapi di sepanjang tangkainya terdapat bercak-bercak hitam dan gumpalan lateks.
Cendawan Phytopthora botriosa atau Phytopthora palmivora adalah penyebab penyakit ini. Spora cendawancendawan ini banyak terdapat di pucuk tanaman, tetapi bisa juga bertahan di daun yang gugur atau di dalam tanah. Penyakit ini umumnya berjangkit pada musim hujan dengan penularan melalui spora yang dibawa air hujan atau angin.
Pencegahan penyakit phytopthora bisa dilakukan dengan tidak menanam klon-klon yang peka terhadap penyakit ini, seperti PB 86, PRIM 600, Tjir 1, atau PR 107. Pencegahan lain sekaligus pengendaliannya dilakukan dengan menyemprotkan fungisida Cobox atau Cupravit dengan dosis dan frekuensi yang bisa dibaca di kemasannya. Penyemprotan sebaiknya menggunakan mist blower.

3. Corynespora.
Penyebab penyakit corynespora adalah cendawan Corynespora casssiicola dengan hifa berwarna hitam pucat yang kurang jelas terlihat di permukaan daun. Cendawan ini mempunyai inang yang banyak, seperti singkong, akasia, angsana, dan pepaya. Mula-mula penyakit ini diketahui berjangkit di perkebunan karet di Malaysia pada tahun 1960. Dari Malaysia, penyakit ini menyebar ke India pada tahun 1961 dan pada tahun 1969 kedapatan menyerang perkebunan karet di Nigeria. Pada tahun 1980 penyakit ini masuk ke Sumatera Utara, tahun 1982 ke Jawa Tengah, dan 1984 ke Jawa Barat.
Penyebaran penyakit ini melalui spora yang terbawa terbang oleh angin. Meskipun serangannya bisa dikatakan lambat, penyakit ini dianggap sebagai salah satu penyakit yang berbahaya.
Gejala serangan penyakit ini tampak dari daun muda yang berbercak hitam seperti menyirip, lemas, pucat, ujungnya mati, dan akhirnya menggulung. Serangan pada daun tua juga menunjukkan gejala berbercak hitam dan menyirip. Bercak ini akan meluas sejajar urat daun dan kadang-kadang tidak teratur. Pusat bercak berwarna cokelat atau kelabu, kering, dan berlubang. Daun-daun tersebut menjadi kuning, cokelat kemerahan, dan akhirnya gugur.
Pengendalian penyakit ini bisa dilakukan menggunakan fungisida Mankozeb dan Tridemorf dengan dosis dan interval tertera di labelnya, terutama untuk tanaman yang belum disadap. Sementara itu, untuk tanaman yang telah disadap dan tingginya lebih dari delapan meter sebaiknya dilakukan pengabutan menggunakan Tridemorf atau Calixin 750 dengan dosis 500 ml/ hektar, seminggu sekali selama 3 - 4 minggu.

4. Helminthosporium.
Cendawan Helminthosporium heveae dengan hifa berwarna putih dan spora berwarna cokelat merupakan penyebab penyakit ini. Penyakit helminthosporium yang juga kerap disebut dengan penyakit mata burung ini sering menyerang tanaman muda di pesemaian atau pembibitan, sehingga mengakibatkan pertumbuhan terhambat dan waktu okulasinya pun terhambat.
Serangan penyakit ini sering terjadi pada musim kemarau, terutama pada tanaman yang terlalu banyak dipupuk nitrogen, kondisi lemah, dan kekurangan air. Penyebaran penyakit helminthosporium melalui spora yang diterbangkan angin, terbawa hujan, atau alat-alat pertanian mengandung spora yang mengenai tanaman sehat.

Gejala infeksi penyakit ini adalah daun-daun muda menjadi hitam, menggulung, dan kemudian gugur.