Teh
merupakan salah satu jenis minuman penyegar yang sangat disukai oleh hampir
seluruh penduduk dunia dan sudah dijadikan minuman sehari-hari. Bila
dibandingkan dengan jenis minuman lain, teh ternyata lebih banyak manfaatnya.
Teh mengandung kafein dan minyak astherisch yang
menimbulkan rasa nikmat dan aroma yang sedap. Selain itu minuman teh juga bisa
dijadikan sebagai penambah daya tahan tubuh karena mengandung tanin dan katekin, serta mencegah atau membantu
penyembuhan penyakit ringan sejenis influenza hingga yang berat macam kanker. Dalam
perkembangannya, teh banyak diolah menjadi produk industri yang makin digemari
masyarakat, baik dalam maupun luar negeri. Daun teh segar mengandung 4 % kafein
(caffein). Komponen aktif lainnya yang terdapat di dalam teh diantaranya
dari golongan polifenol yang bersifat meredam radikal bebas dan antioksidan.
Teh dihasilkan dari pengolahan pucuk daun teh (Camellia sinensis (L) Kuntze). Tanaman ini berasal dari wilayah perbatasan negara-negara China selatan (Yunan), Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burma Timur dan India Timur Laut, yang merupakan vegetasi hutan daerah peralihan tropis dan subtropis. Tanaman ini juga tumbuh subur di kawasan Asia Tenggara pada garis lintang 30° LU - 30° LS. Tanaman teh yang
tumbuh di Indonesia sebagian besar merupakan varietas Asamica yang berasal dari
India. Teh jenis ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk olahan
pangan/minuman fungsional.
Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun
1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama
Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694,
seorang pendeta bernama F. Valentijn melaporkan melihat perdu teh muda berasal
dari China tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Champhuys di Jakarta. Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam
melengkapi Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan,
Garut, Jawa Barat.
Berhasilnya penanaman percobaan skala besar di
Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus
Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi
usaha perkebunan teh di Jawa. Teh dari
Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam tahun 1835. Jenis yang ditanam
adalah jenis sinensis.
Teh jenis Assam mulai masuk ke Indonesia (Jawa) dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1877, dan ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat. Dengan masuknya teh Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman teh China diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin luas. Pada tahun 1910 mulai dibangun perkebunan teh di daerah Simalungun, Sumatera Utara.
Teh jenis Assam mulai masuk ke Indonesia (Jawa) dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1877, dan ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat. Dengan masuknya teh Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman teh China diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin luas. Pada tahun 1910 mulai dibangun perkebunan teh di daerah Simalungun, Sumatera Utara.
Sistimatika
Divisio :
Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo
: Chorripetales
Famili
: Theaceae
Genus
: Camellia
Spesies
: Camellia sinensis (L) Kuntze
Deskripsi Tanaman
Tanaman teh merupakan tanaman tahunan berbentuk pohon dengan percabangan agak
dekat ke permukaan tanah. Batang keras,
tegak, dan bila tidak dipangkas bisa mencapai ketinggian 3-9 m (var. sinensis) dan 12-20 m (var. assamica).
Daun teh merupakan daun tunggal yang letaknya
berselang seling, kedudukan pada batang bervariasi dari ukuran kecil, sedang
sampai berukuran besar. Warna daun dewasa hijau muda sampai hijau gelap, dan
daun muda dari kuning keemasan sampai hijau kekuningan.
Tanaman teh memilki akar tunggang yang panjangnya
90-150 cm, dengan diameter 7,5 mm. Pada akar tunggang tumbuh akar primer,
sekunder, dan bulu-bulu akar, umumnya berkembang pada kedalaman 0-25 cm.
Bunga muncul di ketiak daun, merupakan bunga
sempurna, namun sebagian besar bersifat self
steril. Memiliki putik dengan 5-7 buah mahkota bunga berwarna putih, harum
dan berlilin, berbentuk cekung lonjong. Tangkai sari panjang dengan benang sari
berwarna kuning.
Buah termasuk buah kotak, umunya terdiri dari tiga
butir. Perkembangan bunga menjadi buah berlangsung 8-9 bulan. Buah yang masak kelihatan mengkilap seperti
berminyak dan akhirnya akan pecah. Biji muda berwarna putih dan akan berubah
menjadi coklat setelah tua. Ukuran biji
bervariasi tergantung klonnya, bulat sampai gepeng.
Persyaratan Tumbuh
Tanaman
teh berasal dari daerah sub tropis, sehingga di Indonesia lebih cocok di tanam
di daerah pegunungan. Kebun teh di Indonesia
terdapat kisaran elevasi yang cukup luas, yaitu antara 400-2000 m atau lebih di
atas permukaan laut, biasanya dibagi menjadi 3 darah, yaitu: (1) daerah
rendah sampai 800 m; (2) daerah sedang antara 800-1200
m; (3) daerah
tinggi lebih dari 1200 m.
Suhu udara yang baik berkisar antara 13°-25°C,
dengan kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang dari 70%. Curah hujan
yang dibutuhkan tidak kurang dari 2000 mm/th, merata sepanjang tahun dengan
bulan kering (curah hujan < 60 mm/bln) tidak lebih dari dua bulan. Semakin
banyak sinar matahari, pertumbuhn tanaman semakin baik sepanjang curah hujan
mencukupi dan suhu tidak lebih dari 30oC.
Tanah yang serasi atau memenuhi syarat untuk
pertumbuhan tanaman teh adalah tanah yang subur, banyak mengandung bahan
organik, tidak bercadas dengan kedalaman efektif lebih dari 40 cm serta
mempunyai derajat keasaman (pH) antara 4,5-5,6. Jenis tanah yang serasi adalah Andisol, namun masih memungkinkan
ditanam pada jenis tanah yang lain (serasi bersyarat) seperti Latosol dan Podsolik
dengan pengelolaan yang lebih intensif.
Persiapan Lahan
1. Persiapan
lahan untuk penanaman baru (new planting)
Lahan yang digunakan bisa berupa lahan bekas hutan,
semak belukar, atau lahan pertanian lainnya yang dikonversi. Pekerjaan
persiapan meliputi: survai dan pemetaan tanah; pembongkaran pohon dan tunggul; babad
dan nyasap; pengolahan tanah, meliputi pencangkulan, ngarag, dan meratakan
tanah; pembuatan jalan kebun.
Survai dan
pemetaan tanah
Hasil survai berguna untuk: pembuatan peta kebun
dan peta kemampuan lahan; pembuatan sarana jalan dan lokasi emplasemen; pembuatan
selokan dan saluran drainase.
Pembongkaran
pohon dan tunggul
Pembungkaran pohon dan tunggul bisa dilakukan
dengan 3 cara, yaitu: dibongkar secara manual menggunakan takel berbekuatan 3-5
ton; pohon dimatikan terlebih dahulu dengan cara pengulitan (ring barking)
setinggi 1 m dari leher akar, perdu akan mati setelah 6-12 bulan; pohon
dimatikanmmenggunakan arborsida Garlon 480 P, diaplikasikan pada batang yang
telah dikuliti selebar 10-20 cm pada ketinggian 50-60 cm, perdu akan mati
setelah 6-12 bulan.
Babad dan
nyasap
Dilakukan setelah pembongkaran pohon dan tunggul,
sampah hasil babadan dibuang ke tempat yang tidak akan ditanamami. Setelah
pembabadan, tanah disasap dengan cangkul sedalam 5-10 cm untuk membersihkan
lahan dari gulma.
Pengolahan
tanah
Maksud pengolahan tanah adalah mengusahakan agar
tanah menjadi gembur serta bersih dari sisa-sisa tanaman dan gulma. Pengolahan
tanah dilakukan dengan dua kali pencangkulan, pencangkulan pertama dilakukan
sedalam 60 cm untuk menggemburkan tanah dan membersihkan sisa tanaman/gulma;
dan kedua dilakukan 2-3 minggu kemudia sedalam 40 cm sambil mertakan tanah.
Pembuatan
jalan dan saluran drainase
Setelah pengolahan tanah dilanjutkan dengan
pematokan petakan-petakan kebun dengan ukuran 20 m x 20 m (400 m2,
biasa disebut satu patok). Jalan kebun dibuat engan lebar 1m, untuk memudahkan
pekerjaan pemeliharaan. Saluran dreinase juga dibuat untuk mencegah terjadinya
bahaya erosi, serta memperbaiki drainase pada cekungan.
2. Persiapan
lahan untuk penanaman ulang (replanting)
Pembongkaran
pohon pelindung
Pohon pelindung yang ada perlu dibongkar agar tidak
merupakan sumber hama/penyakit dan tidak terjadi persaingan dalam mengambil
unsur hara, air dan sinar matahari. Pembongkaran pohon pelindung dilakukan
seperti membongkar pohon dan akar pada lahan baru.
Pembongkaran
perdu teh tua
Pada lahan yang datar atau landai pembongkaran
dengan cara pencabutan sebagai berikut: pembongkaran dilakukan dengan takel
berkekuatan 3-5 ton; takel dipasang di atas perdu yang akan dibongkar, rantai
takel dibelitkan pada leher akar kemudian ditarik perlahan-lahan sampai perdu
terangkat bersama akarnya.
Pada lahan miring (> 30 %) perdu dilatikan secara
kimiawi (tanpa dibongkar); perdu dipangkas setinggi 5 cm (pangkasan leher akar);
luka pangkasan dibersihkan kemudian diberi larutan Garlon 480 P sebanyak 5 ml
yang dicampur dengan solar 95 ml, untuk 15 perdu (perdu akan mati setelah 6-12
bulan).
Sanitasi
lahan
Sanitasi lahan terutama dilakukan pada lahan yang
telah terserang penyakit cendawan akar. Tindakan sanitasi di antaranya: dengan
penanaman rumput guatemala selama 2 tahun; dengan fumigasi menggunakan
methylbromida atau Vapam.
Pengolahan
tanah
Pada lahan yang perdunya dicabut tanah diolah degan cara dicangkul seperi
pada lahan baru. Pada lahan yang perdunya dimatikan secara kimia (lahan miring)
tidak perlu pengolahan, cukup dengan dibersihkan dan diratakan.