Minggu, 17 Agustus 2014

Mengenal Cara Budidaya Tanaman Teh (1)

Teh merupakan salah satu jenis minuman penyegar yang sangat disukai oleh hampir seluruh penduduk dunia dan sudah dijadikan minuman sehari-hari. Bila dibandingkan dengan jenis minuman lain, teh ternyata lebih banyak manfaatnya. 
Teh mengandung kafein dan minyak astherisch yang menimbulkan rasa nikmat dan aroma yang sedap. Selain itu minuman teh juga bisa dijadikan sebagai penambah daya tahan tubuh karena mengandung tanin dan katekin, serta mencegah atau membantu penyembuhan penyakit ringan sejenis influenza hingga yang berat macam kanker. Dalam perkembangannya, teh banyak diolah menjadi produk industri yang makin digemari masyarakat, baik dalam maupun luar negeri. Daun teh segar mengandung 4 % kafein (caffein). Komponen aktif lainnya yang terdapat di dalam teh diantaranya dari golongan polifenol yang bersifat meredam radikal bebas dan antioksidan.
Teh dihasilkan dari pengolahan pucuk daun teh (Camellia sinensis (L) Kuntze)Tanaman ini berasal dari wilayah perbatasan negara-negara China selatan (Yunan), Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burma Timur dan India Timur Laut, yang merupakan vegetasi hutan daerah peralihan tropis dan subtropis. Tanaman ini juga tumbuh subur di kawasan Asia Tenggara pada garis lintang 30° LU - 30° LS. Tanaman teh yang tumbuh di Indonesia sebagian besar merupakan varietas Asamica yang berasal dari India. Teh jenis ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk olahan pangan/minuman fungsional.
Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn melaporkan melihat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Champhuys di Jakarta.  Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat.
Berhasilnya penanaman percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa.  Teh dari Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam tahun 1835. Jenis yang ditanam adalah jenis sinensis.

Teh jenis Assam mulai masuk ke Indonesia (Jawa) dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1877, dan ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat.  Dengan masuknya teh Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman teh China diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin luas. Pada tahun 1910 mulai dibangun perkebunan teh di daerah Simalungun, Sumatera Utara.
Sistimatika
Divisio                 : Spermatophyta
      Kelas                    : Dicotyledoneae
                Ordo                  : Chorripetales
                      Famili               : Theaceae
                                Genus                : Camellia
                                      Spesies                 : Camellia sinensis (L) Kuntze

Deskripsi Tanaman
Tanaman teh merupakan tanaman tahunan berbentuk pohon dengan percabangan agak dekat ke permukaan tanah.  Batang keras, tegak, dan bila tidak dipangkas bisa mencapai ketinggian 3-9 m (var. sinensis) dan 12-20 m (var. assamica).
Daun teh merupakan daun tunggal yang letaknya berselang seling, kedudukan pada batang bervariasi dari ukuran kecil, sedang sampai berukuran besar. Warna daun dewasa hijau muda sampai hijau gelap, dan daun muda dari kuning keemasan sampai hijau kekuningan.
Tanaman teh memilki akar tunggang yang panjangnya 90-150 cm, dengan diameter 7,5 mm. Pada akar tunggang tumbuh akar primer, sekunder, dan bulu-bulu akar, umumnya berkembang pada kedalaman 0-25 cm.
Bunga muncul di ketiak daun, merupakan bunga sempurna, namun sebagian besar bersifat self steril. Memiliki putik dengan 5-7 buah mahkota bunga berwarna putih, harum dan berlilin, berbentuk cekung lonjong. Tangkai sari panjang dengan benang sari berwarna kuning.

Buah termasuk buah kotak, umunya terdiri dari tiga butir. Perkembangan bunga menjadi buah berlangsung 8-9 bulan.  Buah yang masak kelihatan mengkilap seperti berminyak dan akhirnya akan pecah. Biji muda berwarna putih dan akan berubah menjadi coklat setelah tua.  Ukuran biji bervariasi tergantung klonnya, bulat sampai gepeng. 
Persyaratan Tumbuh
Tanaman teh berasal dari daerah sub tropis, sehingga di Indonesia lebih cocok di tanam di daerah pegunungan. Kebun teh di Indonesia terdapat kisaran elevasi yang cukup luas, yaitu antara 400-2000 m atau lebih di atas permukaan laut, biasanya dibagi menjadi 3 darah, yaitu: (1) daerah rendah sampai 800 m; (2) daerah sedang antara 800-1200 m; (3) daerah tinggi lebih dari 1200 m.
Suhu udara yang baik berkisar antara 13°-25°C, dengan kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang dari 70%. Curah hujan yang dibutuhkan tidak kurang dari 2000 mm/th, merata sepanjang tahun dengan bulan kering (curah hujan < 60 mm/bln) tidak lebih dari dua bulan. Semakin banyak sinar matahari, pertumbuhn tanaman semakin baik sepanjang curah hujan mencukupi dan suhu tidak lebih dari 30oC.

Tanah yang serasi atau memenuhi syarat untuk pertumbuhan tanaman teh adalah tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik, tidak bercadas dengan kedalaman efektif lebih dari 40 cm serta mempunyai derajat keasaman (pH) antara 4,5-5,6. Jenis tanah yang serasi adalah Andisol, namun masih memungkinkan ditanam pada jenis tanah yang lain (serasi bersyarat) seperti Latosol dan Podsolik dengan pengelolaan yang lebih intensif.
Persiapan Lahan
1. Persiapan lahan untuk penanaman baru (new planting)
Lahan yang digunakan bisa berupa lahan bekas hutan, semak belukar, atau lahan pertanian lainnya yang dikonversi. Pekerjaan persiapan meliputi: survai dan pemetaan tanah; pembongkaran pohon dan tunggul; babad dan nyasap; pengolahan tanah, meliputi pencangkulan, ngarag, dan meratakan tanah; pembuatan jalan kebun.
Survai dan pemetaan tanah
Hasil survai berguna untuk: pembuatan peta kebun dan peta kemampuan lahan; pembuatan sarana jalan dan lokasi emplasemen; pembuatan selokan dan saluran drainase.
Pembongkaran pohon dan tunggul
Pembungkaran pohon dan tunggul bisa dilakukan dengan 3 cara, yaitu: dibongkar secara manual menggunakan takel berbekuatan 3-5 ton; pohon dimatikan terlebih dahulu dengan cara pengulitan (ring barking) setinggi 1 m dari leher akar, perdu akan mati setelah 6-12 bulan; pohon dimatikanmmenggunakan arborsida Garlon 480 P, diaplikasikan pada batang yang telah dikuliti selebar 10-20 cm pada ketinggian 50-60 cm, perdu akan mati setelah 6-12 bulan.
Babad dan nyasap
Dilakukan setelah pembongkaran pohon dan tunggul, sampah hasil babadan dibuang ke tempat yang tidak akan ditanamami. Setelah pembabadan, tanah disasap dengan cangkul sedalam 5-10 cm untuk membersihkan lahan dari gulma.
Pengolahan tanah
Maksud pengolahan tanah adalah mengusahakan agar tanah menjadi gembur serta bersih dari sisa-sisa tanaman dan gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan dua kali pencangkulan, pencangkulan pertama dilakukan sedalam 60 cm untuk menggemburkan tanah dan membersihkan sisa tanaman/gulma; dan kedua dilakukan 2-3 minggu kemudia sedalam 40 cm sambil mertakan tanah.
Pembuatan jalan dan saluran drainase
Setelah pengolahan tanah dilanjutkan dengan pematokan petakan-petakan kebun dengan ukuran 20 m x 20 m (400 m2, biasa disebut satu patok). Jalan kebun dibuat engan lebar 1m, untuk memudahkan pekerjaan pemeliharaan. Saluran dreinase juga dibuat untuk mencegah terjadinya bahaya erosi, serta memperbaiki drainase pada cekungan.
2. Persiapan lahan untuk penanaman ulang (replanting)
Pembongkaran pohon pelindung
Pohon pelindung yang ada perlu dibongkar agar tidak merupakan sumber hama/penyakit dan tidak terjadi persaingan dalam mengambil unsur hara, air dan sinar matahari. Pembongkaran pohon pelindung dilakukan seperti membongkar pohon dan akar pada lahan baru.
Pembongkaran perdu teh tua
Pada lahan yang datar atau landai pembongkaran dengan cara pencabutan sebagai berikut: pembongkaran dilakukan dengan takel berkekuatan 3-5 ton; takel dipasang di atas perdu yang akan dibongkar, rantai takel dibelitkan pada leher akar kemudian ditarik perlahan-lahan sampai perdu terangkat bersama akarnya.
Pada lahan miring (> 30 %) perdu dilatikan secara kimiawi (tanpa dibongkar); perdu dipangkas setinggi 5 cm (pangkasan leher akar); luka pangkasan dibersihkan kemudian diberi larutan Garlon 480 P sebanyak 5 ml yang dicampur dengan solar 95 ml, untuk 15 perdu (perdu akan mati setelah 6-12 bulan).
Sanitasi lahan
Sanitasi lahan terutama dilakukan pada lahan yang telah terserang penyakit cendawan akar. Tindakan sanitasi di antaranya: dengan penanaman rumput guatemala selama 2 tahun; dengan fumigasi menggunakan methylbromida atau Vapam.
Pengolahan tanah

Pada lahan yang perdunya dicabut tanah diolah degan cara dicangkul seperi pada lahan baru. Pada lahan yang perdunya dimatikan secara kimia (lahan miring) tidak perlu pengolahan, cukup dengan dibersihkan dan diratakan.