Pemetikan
Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi
syarat-syarat pemetikan. Pemetikan juga merupakan usaha untuk membentuk kondisi
tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan.
Jenis pemetikan
Jenis pemetikan yang dilakukan selama satu daur
pangkas terdiri dari pemetikan jendangan dan pemetikan produksi
(1) Pemetikan
jendangan
Pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah
tanaman dipangkas untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan
ketebalan daun pemeliharaan yang cukup, agar tanaman mempunyai potensi produksi
yang tinggi.
Tinggi bidang petik jendangan dari bidang pangkasan tergantung pada tinggi
rendahnya pangkasan:
- pangkasan 40-45 cm, tinggi jendangan 20-25 cm;
- pangkasan 45-50 cm, tinggi jendangan 15-20 cm;
- pangkasan 50-55 cm, tinggi jendangan 15-20 cm;
- pangkasan 55-60 cm, tinggi jendangan 10-15 cm;
- pangkasan 60-65 cm, tinggi jendangan 10-15 cm.
Pemetikan jendangan bisa dimulai bila 60 5 area telah memenuhi syarat untuk
dijendang.
Pemetikan jendangan dihentikan/dianggap cukup bila tunas sekunder telah
dipetik dan bidang petik telah melebar dengan ketebalan daun pemeliharaan telah
cukup (biasanya 6-10 kali).
(2)
Pemetikan produksi
Pemetikan produksi dilakukan terus menerus dengan
daur petik dan jenis petikan tertentu sampai tanaman dipangkas kembali.
Pemetikan produksi yang dilakukan menjelang dipangkas disebut petikan
gendesan, yaitu memetik semua pucuk yang memenuhi syarat untuk diolah tanpa
memperhatikan daun yang ditinggalkan.
Berdasarkan jumlah daun yang ditinggalkan pemetikan produksi dapat
dibedakan menjadi:
a) pemetikan ringan: apabila daun
yang ditinggalkan pada perdu sebanyak 1 atau 2 daun di atas kepel, biasanya
ditulis dengan rumus k+1 atau k+2 (artinya kepel + satu daun atau kepel + dua
daun);
b)
pemetikan sedang: apabila daun
yang ditinggalkan pada bagian tengah perdu tidak ada, tetapi pada bagian
pinggir perdu ditinggalkan satu daun di atas kepel ( tengah k+0, pinggir k+1).
c)
pemetikan berat: apabila
pemetikan tidak meninggalkan daun sama sekali pada perdu di atas kepel (k+0).
Pemetikan umunya dilakukan dengan pemetikan sedang
dengan bidang petik rata.
Jenis petikan
Jenis petikan adalah macam pucuk yang dihasilkan
dari pelaksanaan pemetikan. Jenis petikan dapat dibedakan menjadi 3 katagori:
a) petikan halus: apabila pucuk
yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko (p) dengan satu daun atau pucuk burung
(b) dengan satu daun muda, biasa ditulis p+1 atau b+1m;
b)
petikan medium: apabila pucuk
yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan dua daun, tiga daun muda, atau
pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga daun muda, ditulis p+2, p+3, b+1m,
atau b+2m;
c) petikan kasar: apabila pucuk
yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih, dan pucuk
burung dengan beberapa daun tua, ditulis p+4 atau lebih, atau b+(1-4t)
Jenis petikan yang dikehendaki umumnya jenis
petikan medium dengan komposisi 70% pucuk medium, maksimal 10% pucuk halus, dan
20% pucuk kasar.
Daur petik
Daur petik adalah jangka waktu antara satu
pemetikan dengan pemetikan berikutnya, dihitung dalam hari. Panjang pendeknya
daur petik tergantung kepada kecepatan pertumbuhan pucuk, yang dipengaruhi
oleh:
a) umur pangkas: makin tua umur
pangkas, pertumbuhan makin lambat, sehingga daur petik makin panjang;
b) ketinggian tempat: makin
tinggi letak kebun dari permukaan laut, pertumbuhan makin lambat, sehingga daur
petik lebih panjang;
c)
iklim: musim kemarau
pertumbuhan tunas lebih lambat sehingga daur petik lebih panjang;
d) kesehatan tanaman: makin sehat
tanaman, pertumbuhan makin cepat segingga daur petik makin pendek.
Analisis
petikan
Analisis petikan adalah pemisahan pucuk yang
didasarkan pada jenis pucuk atau rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan
yang telah dilakukan dan dinyatakan dalam persen. Analisis petikan dilakukan sbb:
- tiap pemetik dari satu mandor diambil contoh pucuk
sebanyak segenggam, dicampur merata kemudian diambil 1 kg;
- dari 1 kg diambil 200 g untuk dipisah-pisahkan
sesuai jenis pucuk (rumus petik) kemudian ditimbang;
- angka persentase diperoleh dengan membandingkan
berat dari kelompok pucuk yang bersangkutan dengan berat total pucuk contoh,
dikalikan 100%, misal diperoleh hasil sbb:
p+1 = 0%
|
b+1m = 5%
|
p+2m = 5 %
|
b+2m = 15%
|
p+2 =
10%
|
b+3m = 20%
|
p+3m = 20%
|
b+1t = 5%
|
p+3 =
10%
|
b+2t = 0%
|
p+4 = 10%
|
b+3t = 0%
|
p+5 = 0%
|
b+4t = 0%
|
= 55%
|
= 45%
|
- dari contoh analisi tersebut diperoleh:
p+2m = 5 %
|
p+2 =
10%
|
p+3m = 20%
|
b+1m = 5%
|
b+2m = 15%
|
b+3m = 20%
|
= 70%
|
- angka hasil contoh pemisahan pucuk 70% menunjukkan
bahwa petikan tersebut termasuk petikan medium.
Manfaat/kegunaan analisis petikan:
a) menilai kondisi tanaman,
tanaman yang kurang sehat ditandai oleh banyaknya persentase pucuk burung;
b) menilai ketepatan pelaksanaan
petikan (daun petik maupun cara pemetikan), daur petik yang panjang ditandai
oleh besarnya persentse pucuk kasar, sebaliknya daur yang pendek meningkatkan
persentase pucuk halus;
c)
menilai keterapilan pemetik,
yang kurang terapil akan terpetik pucuk-pucuk diluar ketentuan.
Analisis
pucuk
Adalah pemisahan pucuk yang di dasarkan pada bagian
muda dan tua yang dinyatakan dalam persen, serta didasarkan pada kerusakan yang
juga dinyatakan dalam persen. Analisis pucuk dilakukan sbb:
- tiap pemetik dari satu mandor diambil contoh pucuk
sebanyak segenggam, dicampur merata kemudian diambil 1 kg;
- dari 1 kg diambil 200 g untuk dipisah-pisahkan
bagian yang muda dengan yang tua berdasarkan rumus petik, kemudian ditimbang;
-
sasaran angka analisis pucuk
adalah 70% atau lebih bagian muda, serta kerusakan kurang dari 10%.
Kriteria
|
Rumus petik
|
Persentase
|
muda
|
p+1m, p+2m, p+2, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m,
|
70%
|
tua
|
b+1t, b+2t, b+5t
|
30%
|
kerusakan
|
lembaran, daun+tangkai
|
10%
|
Kegunaan analisis pucuk:
a)
menilai kondisi pucuk yang
akan diolah;
b)
menentukan harga pucuk;
c)
memperkirakan persentase mutu
teh jadi yang akan dihasilkan.
Sumber:
PPTK
Gambung, 2006. Petunjuk kultur teknis tanaman teh. Edisi ketiga. PPTK, Gambung,