Rabu, 27 Agustus 2014

Mengenal Cara Budidaya Tanaman Teh (3)

Pemetikan
Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat-syarat pemetikan. Pemetikan juga merupakan usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. 
Jenis pemetikan
Jenis pemetikan yang dilakukan selama satu daur pangkas terdiri dari pemetikan jendangan dan pemetikan produksi
(1) Pemetikan jendangan
Pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan daun pemeliharaan yang cukup, agar tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi.
Tinggi bidang petik jendangan dari bidang pangkasan tergantung pada tinggi rendahnya pangkasan:
-   pangkasan 40-45 cm, tinggi jendangan 20-25 cm;
-   pangkasan 45-50 cm, tinggi jendangan 15-20 cm;
-   pangkasan 50-55 cm, tinggi jendangan 15-20 cm;
-   pangkasan 55-60 cm, tinggi jendangan 10-15 cm;
-   pangkasan 60-65 cm, tinggi jendangan 10-15 cm.
Pemetikan jendangan bisa dimulai bila 60 5 area telah memenuhi syarat untuk dijendang.
Pemetikan jendangan dihentikan/dianggap cukup bila tunas sekunder telah dipetik dan bidang petik telah melebar dengan ketebalan daun pemeliharaan telah cukup (biasanya 6-10 kali).
(2) Pemetikan produksi
Pemetikan produksi dilakukan terus menerus dengan daur petik dan jenis petikan tertentu sampai tanaman dipangkas kembali.
Pemetikan produksi yang dilakukan menjelang dipangkas disebut petikan gendesan, yaitu memetik semua pucuk yang memenuhi syarat untuk diolah tanpa memperhatikan daun yang ditinggalkan.
Berdasarkan jumlah daun yang ditinggalkan pemetikan produksi dapat dibedakan menjadi:
a)     pemetikan ringan: apabila daun yang ditinggalkan pada perdu sebanyak 1 atau 2 daun di atas kepel, biasanya ditulis dengan rumus k+1 atau k+2 (artinya kepel + satu daun atau kepel + dua daun);
b)     pemetikan sedang: apabila daun yang ditinggalkan pada bagian tengah perdu tidak ada, tetapi pada bagian pinggir perdu ditinggalkan satu daun di atas kepel ( tengah k+0, pinggir k+1).
c)      pemetikan berat: apabila pemetikan tidak meninggalkan daun sama sekali pada perdu di atas kepel (k+0).
Pemetikan umunya dilakukan dengan pemetikan sedang dengan bidang petik rata.
 Jenis petikan
Jenis petikan adalah macam pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan pemetikan. Jenis petikan dapat dibedakan menjadi 3 katagori:
a)     petikan halus: apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko (p) dengan satu daun atau pucuk burung (b) dengan satu daun muda, biasa ditulis p+1 atau b+1m;
b)     petikan medium: apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan dua daun, tiga daun muda, atau pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga daun muda, ditulis p+2, p+3, b+1m, atau b+2m;
c)    petikan kasar: apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih, dan pucuk burung dengan beberapa daun tua, ditulis p+4 atau lebih, atau b+(1-4t)
Jenis petikan yang dikehendaki umumnya jenis petikan medium dengan komposisi 70% pucuk medium, maksimal 10% pucuk halus, dan 20% pucuk kasar.
Daur petik
Daur petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya, dihitung dalam hari. Panjang pendeknya daur petik tergantung kepada kecepatan pertumbuhan pucuk, yang dipengaruhi oleh:
a)   umur pangkas: makin tua umur pangkas, pertumbuhan makin lambat, sehingga daur petik makin panjang;
b)  ketinggian tempat: makin tinggi letak kebun dari permukaan laut, pertumbuhan makin lambat, sehingga daur petik lebih panjang;
c)      iklim: musim kemarau pertumbuhan tunas lebih lambat sehingga daur petik lebih panjang;
d)  kesehatan tanaman: makin sehat tanaman, pertumbuhan makin cepat segingga daur petik makin pendek.
Analisis petikan
Analisis petikan adalah pemisahan pucuk yang didasarkan pada jenis pucuk atau rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan yang telah dilakukan dan dinyatakan dalam persen. Analisis petikan dilakukan sbb:
-       tiap pemetik dari satu mandor diambil contoh pucuk sebanyak segenggam, dicampur merata kemudian diambil 1 kg;
-       dari 1 kg diambil 200 g untuk dipisah-pisahkan sesuai jenis pucuk (rumus petik) kemudian ditimbang;
-       angka persentase diperoleh dengan membandingkan berat dari kelompok pucuk yang bersangkutan dengan berat total pucuk contoh, dikalikan 100%, misal diperoleh hasil sbb:
p+1    = 0%
b+1m = 5%
p+2m = 5 %
b+2m = 15%
p+2    = 10%
b+3m = 20%
p+3m = 20%
b+1t   = 5%
p+3    = 10%
b+2t   = 0%
p+4    = 10%
b+3t   = 0%
p+5    = 0%
b+4t   = 0%
           = 55%
           = 45%
-       dari contoh analisi tersebut diperoleh:
p+2m = 5 %
p+2    = 10%
p+3m = 20%
b+1m = 5%
b+2m = 15%
b+3m = 20%
           = 70%
-       angka hasil contoh pemisahan pucuk 70% menunjukkan bahwa petikan tersebut termasuk petikan medium.
Manfaat/kegunaan analisis petikan:
a)  menilai kondisi tanaman, tanaman yang kurang sehat ditandai oleh banyaknya persentase pucuk burung;
b)    menilai ketepatan pelaksanaan petikan (daun petik maupun cara pemetikan), daur petik yang panjang ditandai oleh besarnya persentse pucuk kasar, sebaliknya daur yang pendek meningkatkan persentase pucuk halus;
c)      menilai keterapilan pemetik, yang kurang terapil akan terpetik pucuk-pucuk diluar ketentuan.
Analisis pucuk
Adalah pemisahan pucuk yang di dasarkan pada bagian muda dan tua yang dinyatakan dalam persen, serta didasarkan pada kerusakan yang juga dinyatakan dalam persen. Analisis pucuk dilakukan sbb:
-  tiap pemetik dari satu mandor diambil contoh pucuk sebanyak segenggam, dicampur merata kemudian diambil 1 kg;
-  dari 1 kg diambil 200 g untuk dipisah-pisahkan bagian yang muda dengan yang tua berdasarkan rumus petik, kemudian ditimbang;
-  sasaran angka analisis pucuk adalah 70% atau lebih bagian muda, serta kerusakan kurang dari 10%.
Kriteria
Rumus petik
Persentase
muda
p+1m, p+2m, p+2, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m,
70%
tua
b+1t, b+2t, b+5t
30%
kerusakan
lembaran, daun+tangkai
10%
Kegunaan analisis pucuk:
a)        menilai kondisi pucuk yang akan diolah;
b)       menentukan harga pucuk;
c)        memperkirakan persentase mutu teh jadi yang akan dihasilkan.


Sumber:
PPTK Gambung, 2006. Petunjuk kultur teknis tanaman teh. Edisi ketiga. PPTK, Gambung,